FIKIH WANITA

Fikih Wanita.  Di halaman berikut ini saya tuliskan beberapa ilmu yang harus dipahami oleh setiap kaum hawa.
terutama bagi setiap Muslimah yang dalam kehidupan sehari-hari pasti menemukan beberapa persoalan  . Untuk lebih jelasnya kan di bahas beberapa poin  yaitu :
A. Haid
     1) Bagaimana cara bersuci (mandi besar)
     2) Membedakan antara darah haid dengan darah istihadoh
     3) Hukum darah istihadoh
    Dari tiga poin di atas penulis akan membahas tentang pengertian haid dan yang lainya mari kita telusuri.
  1.  Pengertian Haid dan Hukumnya
           Alloh Azza wa Jalla telah berfirman yang artinya "Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah haid itu adalah kotoran, oleh sebab itu, hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid, dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka bersuci. Apabila mereka telah suci maka campurilah mereka itu di tempat yang telah diperintahkan oleh Alloh kepadamu. Sesungguhny0a Alloh menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang mau menyucikan diri." (Qs. Al Baqoroh (2): 222}.

          Haid adalah darah normal dan bawaan seseorang yang keluar dari bagian dalam rahim pada waktu-waktu tertentu (diketahui) yang diciptakan oleh Alloh Ta'ala dengan suatu hikmah yang berkaitan dengan makanan janin di dalam perut (rahim) ibunya, karena janin juga membutuhkan makanan, jika janin itu turit memakan makanan yang dimakan oleh ibunya, maka ibunya akan merasakan lemah yang luar biasa.

         Oleh karena itu, Alloh Ta'ala menjadikan darah haid wanita sebagai makanan bagi janin yang sedang dikandungnya, sehingga sedikit sekali wanita yang haid ketika sedang hamil. Setelah janin itu lahir Alloh Ta'ala merubah darah haid menjadi air susu yang keluar dari kedua payudara ibunya, sehingga anak tetap mendapat suplai makanan. Oleh karena itu wanita yang sedang menyusui akan mengeluarkan darah haid yang sangat sedikit. Wanita yang tidak sedang hamil atau menyusui, darah haidnya tidak dirubah menjadi makanan janin dan tetap berada pada salah satu tempat dari rahimnya, kemudian ia keluar setiap bulan selama enam sampai tujuh hari. Lamanya masa haid seorang wanita didalam satu bulan sesuai dengan tabiat (kebiasaan) normal yang ditetapkan oleh Alloh SWT.

      Ketentuan Hukum dari Al Qur'an dan As Sunnah bagi Wanita yang sedang Haid atau setelah Haid, diantara ketentuan hukum tersebut ialah:
  1. Tidak boleh mengerjakan sholat dan puasa. Hal ini disebabkan oleh Rosululoh SAW kepada Fatimah binti Abu Hubaisy. berkata " jika haid datang maka tinggalkanlah sholat." jika wanita yang sedang haid berpuasa dan mengerjakan sholat, maka puasa dan sholatnya dihukumi tidak sah, karena Rosuluuloh telah melarangnya dan menetapkan ketidaksahannya. Bahkan jika hal itu tetap dilakukan maka dikategorikan sebagai bentuk kemaksiatan kepada Alloh dan Rosulnya. Jika wanita yang haid telah berhenti masa haidnya maka ia diwajibkan untuk mengqadha sholatnya (menurut ijma' ulama). Aisyah RA berkata, " Saat kami haid pada masa Rasululloh SAW kami diperintahkan mengqadho sholat" (HR. Muttafaq 'Alaih).
  2. Tidak boleh bertawaf di Baituloah
  3. Tidak boleh membaca A qur'an
  4. Tidak boleh duduk di dalam masjid
  5. Tidak boleh digauli suami sampai ia dalam keadaan suci dan telah bersuci, Alloh Azza Wa Jalla berfirman, "Mereka bertanya kepadamu tentang haid katakanlah . Haid itu adalah kotoran, "oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka bersuci. Apabila mereka teah bersuci maka campurilah mereka itu di tempat yang telah diperintahkan Alloh kepadamu." (Qs. Al Baqorah {2}:222).Dalam hadits lain dikatakan "keduali jima' (bersetubuh). Suami yang istrinya sedang haid boleh bersenang-senang bersamany, kecuali bersetubuh, seperti mencium, meraba-raba dan lain-lain.
  6. Tidak boleh diceraikan, hal ini berdasarkan firman Alloh SWT, yang artinya " Hai Nabi apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat menghadapi iddahnya (yang wajar)."(Qs. Ath Talhaq {65}: 1). Masuknya adalah ketika bersuci serta belum digauli Rasululloh SAW menyuruh kepada para suami yang menceraikan istrinya yang sedang haid supaya rujuk kembali, lalu menceraikanya dalam keadaan suci, jika ia hendak menceraikannya.